Secuil Kisah tentang Desa Linggapura

Salam ngapak,
Ora ngapak ora kepenak πŸ˜πŸ˜€ (gak ngapak gak enak)

Kali ini saya akan mengajak sobat menyusuri sebuah desa di Kabupaten Brebes. Di kabupaten ini setidaknya ada sekitar 17 kecamatan yang membentang dari arah utara yang berbatasan dengan Laut Jawa, timur berbatasan dengan Kab. Tegal, selatan dengan Kab. Banyumas dan Kab. Cilacap, serta sebelah barat berbatasan dengan Jawa Barat.

Wah, dadi Kab. Brebes kwe wilayahe amba nemen. Wilayah kabupaten ning Jawa Tengah sing paling amba keloro sawise Kab. Cilacap. Bah, ya loken? Iya...jajal takon mbah google! 😹

Kalau kalian berkunjung ke Brebes selatan, kalian akan menjumpai sebuah desa di Kecamatan Tonjong yaitu Desa Linggapura. Keadaan udara di desa ini cukup sejuk bahkan bisa menjadi sangat dingin pada cuaca tertentu. Hal itu dikarenakan Desa Linggapura yang terletak di perbukitan sebelah barat Gunung Slamet dengan ketinggian rata-rata 175 m dpl.

Selayaknya daerah-daerah lain di tanah Jawa yang penuh misteri, baik asal usul maupun misteri makhluk tak kasat mata, Desa Linggapura punya cerita. Kejadian ini dialami sendiri oleh saya beberapa tahun yang lalu. Kebetulan rumah saya ada di sebelah timur tempat yang konon katanya dahulu sebagai hutan tempatnya para begal dan dedemit. πŸ˜“Ketika saya mengalami hal misterius itu, suasana desa sangat sepi. Memang biasanya sehabis isya warga sudah di dalam rumah masing-masing jadi keadaan di luar begitu sepi. Dan tanpa saya sadari, yang ada di rumah sudah terlelap semua. Entah kenapa adik saya yang biasanya tidur larut, malam itu jam setengah sepuluh sudah lelap. Ah, sungguh kebetulan yang tidak saya sadari.

Malam itu sekitar pukul 22.30 WIB, saya sholat. Tepat pada saat bacaan terakhir sebelum salam suara aneh itu terdengar. Suara khas kereta kencana dengan lonceng bergemerincing halus, diiringi suara khas roda dan kaki kuda yang menginjak bebatuan kecil di sebelah barat rumah. Bisa dibayangkan kan bagaimana suaranya? Kereta kencana itu berjalan pelan. Sesaat setelah salam saya dengarkan suara itu dengan saksama, begitu jelas suara terdengar ketika sampai tepat di depan jendela kamar. Perasaan merinding menjalar, sempat tertegun beberapa saat. Suara itu menghilang ke arah selatan (arah Dusun Kedatuan). Konon, di Dusun Kedatuan dahulunya ada sebuah istana kerajaan. Kedatuan berasal dari kata kedaton yang berarti kerajaan, istana. Pada waktu-waktu tertentu bagi orang yang 'beruntung' akan diperdengarkan alunan gamelan khas Jawa seolah di sana ada orang yang sedang hajatan padahal sebenarnya tidak ada. Saya sendiri belum pernah mendengar.
Saya ingat kata orang zaman dahulu, kalau kita melihat langsung kereta kencana itu kita bisa jatuh sakit dan meninggal. Meskipun saya percaya tidak ada yang bisa mendahului kehendak Allah SWT, tapi mitos-mitos seperti itu akan tetap ada.

Ada yang unik juga dengan nama 'Linggapura'. Pasti sobat pernah berpikir dan mempertanyakan kenapa orang-orang menamakan demikian bukan? Begitupun ketika kita mendengar nama daerah lain yang terdengar unik seperti Kedatuan, Pesanggrahan, Balapusuh, Bumiayu, dll. Saya sendiri tidak tahu pasti bagaimana asal usul penamaan Desa Linggapura. Tidak ada sumber yang bisa dijadikan acuan. Hanya berbekal cerita dari mulut ke mulut (adol jere kulak ndean) yang tentunya memiliki banyak versi. Oleh karenanya sobat semua, apabila tulisan ini melenceng jauh saya mohon maaf. πŸ˜…

Okeh lanjut!

Versi pertama yang saya dengar adalah bahwasannya nama linggapura itu di ambil karena dahulu terdapat 2 buah gapura atau pintu gerbang menuju ibukota kerajaan.

Kemudian versi kedua. Kalau kalian lihat, Linggapura berasal dari 2 kata yaitu lingga dan pura. Lingga adalah arca/patung yang merupakan objek pemujaan umat Hindu. Lingga itu singkatan dari siwalingga yang merupakan lambang kesuburan. Sedangkan pura adalah tempat ibadah umat Hindu. 

Jadi konon katanya di daerah ini dahulu ada sebuah pura yang di dalamnya terdapat lingga tempat pemujaan dewa siwa. Soal dimana tepatnya lokasi pura tersebut masih menjadi misteri. Meskipun begitu, keberadaan pura ini pun bisa jadi memang ada mengingat Desa Linggapura masih menjadi bagian dari rentetan sejarah kerajaan Galuh Purba di Gunung Slamet dengan kerajaan Padjajaran. 

Jejak kebesaran kerajaan Galuh ini bisa dilihat dari kajian bahasa E.M. Uhlenbeck tahun 1964 dalam bukunya: "A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura", yang menyatakan bahwa bahasa keturunan Galuh Purba masuk dalam rumpun basa jawa bagian kulon atau Bahasa Jawa Ngapak (Banyumasan). Wilayah yang menggunakan bahasa ngapak adalah sub dialek Banten Lor, sub dialek Cirebon/ Indramayu, sub dialek Tegalan, sub dialek Banyumas, dan sub dialek Bumiayu (peralihan Tegalan dan Banyumas).(Sumber 1)

Kondisi ini diperkuat berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceritakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali awal abad ke-16) yang saat ini disimpan di Perpustakaan Boedlian, Oxford University Inggris, bahwa batas kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali (Kali Pemali) dan Ci Serayu (Kali Serayu) di Jawa Tengah.(Sumber 2)

Kali Pemali berhulu di Desa Winduaji, Paguyangan Brebes (dengan mata air Tuk Sirah) dan bermuara ke Laut Jawa melewati Kab. Tegal. Sedangkan Kali Serayu melintasi 5 kabupaten: Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap hingga bermuara di Samudra Hindia. Dari keterangan tersebut dirasa cukup wajar apabila dahulu memang ada sebuah pura dan lingga di sini meskipun masih misteri.

Wahh...kompleks syekaliii ya!
Disambi ngopi karo gorengan ndisit ben ora oleng hahaha... πŸ˜‚ kie gara-gara penasaran bisane aran desane nyong Linggapura dadi gawe tulisan kaya kie. 
(Disambi ngopi sama gorengan dulu biar gak oleng. Ini gara-gara penasaran kenapa nama desa saya Linggapura jadi bikin tulisan seperti ini).

Sudah dulu ya cerita tentang asal usulnya.
Ngomong-ngomong soal ngopi dan gorengan, hhmmmm... di sini juga banyak lho yang memproduksi gorengan baik yang mendoan maupun yang kering (peyek). Salah satu yang menjadi favorit dan teman makan sehari-hari adalah gorengan "NawaKrezz" yang diproduksi oleh Ibu Nasiroh di Jalan Ponpes Yanuris Linggapura. Gurih dan renyahnya dapet banget nih sob! πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹ kamu bisa pilih sendiri gorengan (peyek) yang kamu suka. Ada yang bestseller yaitu peyek tempe, peyek cabai, dan peyek sosis. (Baca juga: Eat Anything, NawaKrezz Should be It's "Kriukk" | Indonesian Food ) Untuk info lebih jauhnya mengenai ketiga peyek, bisa tanya-tanya sendiri melalui contact berikut:
SMS / WA : 087749986561

Peyek Tempe Ibu Nasiroh "NawaKrezz"
Peyek Cabai NawaKrezz
Peyek Sosis NawaKrezz
   
Okeh sob, tulisan ini sudah dirasa cukup ya. Nanti kalau terlalu lama jadi panjang kali lebar gak selesai-selesaiπŸ˜…πŸ˜
Thanks for reading guys! 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer